• Disclaimer
  • Magnetik
    • mujil
  • MASW
    • Tuban
  • Refraksi
  • AMT/MT
  • VLF
    • candi_umbul
    • sangon
    • Pampang
  • Geolistrik
    • 10
    • KPCR02
    • CDM7
    • CD3
    • 011
    • CEBONG
    • G103
    • G102
    • G101
    • CD03
    • CD4
    • PGREJO
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Menara Ilmu Sharing Data Geoscience
  • Intro
  • Peta
  • Data
    • Magnetik
    • Geolistrik
    • VLF
    • AMT/MT
    • Refraksi
    • MASW
  • Video
  • Catatan
    • Metode Geolistrik VES
    • Metode Geolistrik Profiling
    • Metode VLF
    • Metode Magneto Telurik
    • Metode IP
    • Metode Self Potensial
    • Metode Seismik Refraksi
    • Metode MASW
    • Metode Geomagnetik
  • Diskusi
  • Disclaimer
  • Beranda
  • Catatan
  • Metode Geolistrik VES

Metode Geolistrik VES

  • 23 Juni 2018, 01.41
  • Oleh: hartantyo
  • 0

Story singkat

Metode geolistrik dikembangkan oleh keilmuan kebumian karena sifat medium bumi yang dapat mengalirkan arus listrik. Sifat ini yang digunakan untuk menentukan nilai resistivitas medium bawah permukaan, dengan cara mengukur beda potensial dari arus yang diinjeksikan. Beda potensial diukur dan arus diinjeksikan melalui masing-masing dua buah elektroda logam. Untuk kajian 1 dimensi (1D) pada arah vertikal, metode ini dikenal dengan metode VES (Vertical Electrical Sounding). Karena kajiannya adalah 1D arah vertikal, maka target yang tepat adalah pelapisan, bedding, atau kontak geologi yang bersifat horisontal. Target umumnya dalah akuifer bawah permukaan, lapisan bedrock, lapisan intrusi, dll. Hasil dari metode ini berupa model pelapisan sebagai fungsi kedalaman yang masing-masing memiliki variabel resistivitas. Nilai-nilai tersebut umumnya diinterpretasikan untuk mendapatkan penamaan dalam istilah geologi.

Instrumen

Alat yang digunakan adalah sumber arus dan pengukur potensial. Sumber arus diharapkan dapat mensupply arus konstan sebesar 1 mA hingga 2 A selama waktu pengukuran. Instrumen tamabahn berupa elektroda besi untuk injeksi arus, dan elektroda besi/non polarisabel untuk mencatat beda potensialnya.  Diperlukan pula kabel yang panjangnya disesuaikan dengan konfigurasi yang dipergunakan.

Akuisisi

Pengukuran VES umumnya menggunakan konfigurasi Schlumberger atau Wenner. Konfigurasi ini dipilih karena memiliki keunggulan yang lebih banyak, terutama untuk meminimalkan noise permukaan. Disamping itu, konfigurasi ini memiliki respon sinyal yang cukup baik dan kuat.

Skema konfigurasi Schlumberger. Elektroda arus ditandai dengan C1 dan C2, sedangkan elektroda potensial ditandai dengan P1 dan P2.

Skema konfigurasi Wenner. Elektroda arus ditandai dengan C1 dan C2, sedangkan elektroda potensial ditandai dengan P1 dan P2.

Data pengukuran dicatat dalam tabel yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Data yang direkam yaitu besarnya arus (mA), nilai beda potensial terukur (mV), posisi elektroda arus C1C2, dan posisi elektroda potensial P1P2. Dari keempat variabel tersebut, dapat ditentukan nilai resistivitas semu untuk pengukuran tunggal di konfigurasi tersebut.

Proses

Data umumnya diplot dalam kurva VES, yang terdiri dari nilai resistivitas semu vs spasi arusnya (bisa jarak dipol maupun nilai C1C2/2.

 

Post Terkini

  • Data Magnetik Gunung Mujil
    10 September 2018
  • Catatan VLF
    1 Agustus 2018
  • Cerita singkat metode SP
    28 Juli 2018

Komentar Terbaru

  • hartantyo pada Diskusi

Berita Terkini

  • Data Magnetik Gunung Mujil
  • Catatan VLF
  • Cerita singkat metode SP
Universitas Gadjah Mada

KANAL PENGETAHUAN GEOFISIKA

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Gadjah Mada

Lab. Geofisika, Gedung Fisika Lantai 3 FMIPA UGM

© 2018-Datageoscience-FMIPA

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju